Kamis, 23 Maret 2017

EXPERT CHOICE ATAU AHP DALAM BIDANG TEKNIK SIPIL

ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Analitycal Hierarchy Process (AHP) Adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif yang terbaik. Seperti melakukan penstrukturan persoalan, penentuan alternatif-alternatif, penenetapan nilai kemungkinan untuk variabel aleatori, penetap nilai, persyaratan preferensi terhadap waktu, dan spesifikasi atas resiko. Betapapun melebarnya alternatif yang dapat ditetapkan maupun terperincinya penjajagan nilai kemungkinan, keterbatasan yang tetap melingkupi adalah dasar pembandingan berbentuk suatu kriteria yang tunggal.
Peralatan utama Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah memiliki sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelomok-kelompoknya dan diatur menjadi suatu bentuk hirarki.


Latar Belakang

Dalam Perencanaan infrastruktur konstruksi perkerasan jalan, baik untuk pembangunan, rehabilitasi maupun peningkatan, Pengambilan Keputusan (Decision Making) dalam pemilihan konstruksi perkerasan jalan tidak cukup  hanya mempertimbangkan faktor-faktor parameter perencanaan konstruksi perkerasan jalan seperti : fungsi jalan, kinerja perkerasan(pavement performance), umur rencana, lalu lintas yang merupakan beban dari perkerasan jalan,sifat tanah dasar,kondisi lingkungan, dan faktor lainnya.

Akan menjadi persoalan yang rumit dan komplek, bila pengambilan keputusan (Decision Making) dalam pemilihan perencanaan konstruksi perkerasan jalan, dihadapkan pada beberapa pilihan  alternatif konstruksi jalan dan kriteria- kriteria yang harus dipertimbangkan, meskipun kriteria eksternal tersebut tidak masuk dalam variabel parameter rumus-rumus perencanaan konstruksi jalan,dan harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, sehingga tujuan, kualitas dan hasil akhir dari perencanaan dan pelaksanaan proyek peningkatan/ rehabilitasi jalan di Dinas PU. Bina Marga Kabupaten Lamongan dapat tercapai dan diharapkan semua pihak pemangku kepentingan (Stakeholder).

Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Seberapa besar nilai susunan ranking   Kriteria-kriteria    yang akan  dijadikan bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan pemilihan konstruksi perkerasan jalan di Dinas PU. Bina Marga Kabupaten Lamongan ;
  2. Seberapa besar nilai susunan  ranking   alternatif-alternatif  konstruksi perkerasan jalan yang dapat diterapkan di Dinas PU. Bina Marga Kabupaten Lamongan.
Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya  penelitian ini adalah :
  1. Mendapatkan nilai susunan rangking kriteria-kriteria yang menjadi bahan pertimbangan dan kebijakan dalam memilih konstruksi perkerasan jalan di Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan
  2. Mendapatkan nilai susunan rangking alternatif konstruksi perkerasan jalan di Dinas PU. Bina Marga Kab. Lamongan.
Kelebihan Analitycal Hierarchy Process (AHP)

Kelebihan AHP dibandingkan dengan lainnya adalah :
  1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekwensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam
  1. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkosistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan
  1. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi obyektif dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif

Prinsip Dasar Pemikiran AHP

Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, ada tiga prinsip yang mendasari pemikiran AHP, yakni : prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis.

Prinsip Menyusun Hirarki

Prinsip menyusun hirarki adalah dengan menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan cara memecahakan persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah. Caranya dengan memperincikan pengetahuan, pikiran kita yang kompleks ke dalam bagian elemen pokoknya, lalu bagian ini ke dalam bagian-bagiannya, dan seterusnya secara hirarkis.
Penjabaran tujuan hirarki yang lebih rendah pada dasarnya ditujukan agar memperolah kriteria yang dapat diukur. Walaupun sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Dalam beberapa hal tertentu, mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih tinggi dalam proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan, semakin mudah pula penentuan ukuran obyektif dan kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam proses analisis pangambilan keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci. Maka salah satu cara untuk menyatakan ukuran pencapaiannya adalah menggunakan skala subyektif.

Prinsip Menetapkan Prioritas Keputusan

Bagaimana peranan matriks dalam menentukan prioritas dan bagaimana menetapkan konsistensi.
  • Menetapkan prioritas elemen dengan membuat perbandingan berpasangan, dengan skala banding telah ditetapkan oleh Saaty ( Yan O., 1995).

Table 2.9 Penetapan Prioritas Elemen dengan Perbandingan Berpasangan
Intensitas KepentinganKeteranganPenjelasan
1Kedua elemen sama pentingnyaDua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnyaPengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
5Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen yang lainnyaPengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
7Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnyaSatu elemen yang kuat dikosong san dominan terlihat dalam praktek
9Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnyaBukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatanNilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan
KebalikanJika untuk aktivitas I mendapat satu angka disbanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i

Perbandingan ini dilakukan dengan matriks. Misalkan untuk memilih manajer, hasil pendapat para pakar atau sudah menjadi aturan yang dasar (generic), managerial skill sedikit lebih penting daripada pendidikan, teknikal skill sama pentingnya dengan pendidikan serta personal skill berada diantara managerial dan pendidikan.

Prinsisp Konsistensi Logika

Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut, harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal, sebagai berikut:
  • Hubungan kardinal        : aij . ajk = ajk
  • Hubungan ordinal          : Ai>Aj>Aj>Ak, maka Ai>Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut:
  1. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya jika apel lebih enak 4 kali dari jeruk dan jeruk lebih enak 2 kali dari melon, maka apel lebih enak 8 kali dari melon
  1. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya apel lebih enak dari jeruk, dan jeruk lebih enak dari melon, maka apel lebih enak dari melon
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang
Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsisten < 0.1. nilai CR < 0.1 merupakan nilai yang tingkat konsistensinya baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian nilai CR merupakan ukuran bagi konsistensi suatu komparasi berpasangan dalam matriks pendapat. Jika indeks konsistensi cukup tinggi maka dapat dilakukan revisi judgement, yaitu dengan dicari deviasi RMS dari barisan (aijdan W/ W) dan merevisi judgment pada baris yang mempunyai nilai prioritas terbesar
Memang sulit untuk mendapatkan konsisten sempurna, dalam kehidupan misalnya dalam berbagai kehidupan khusus sering mempengaruhi preferensi sehingga keadaan dapat berubah. Jika buah apel lebih disuka dari pada jeruk dan jeruk lebih disukai daripada pisang, tetapi orang yang sama dapat menyukai pisang daripada apel, tergantung pada waktu, musim dan lain-lain. Namun konsistensi sampai kadar tertentu dalam menetapkan perioritas untuk setiap unsur adalah perlu sehingga memperoleh hasil yang sahih dalam dunia nyata. Rasio ketidak konsistenan maksimal yang dapat ditolerir 10 %.

Penggunaan Software Expert Choise Untuk Metode AHP

Expert Choise adalah suatu sistem yang digunakan untuk melakukan analisa, sistematis, dan pertimbangan (justifikasi) dari sebuah evaluasi keputusan yang kompleks. Expert Choice telah banyak digunakan oleh berbagai instansi bisnis dan pemerintah diseluruh dunia dalam berbagai bentuk aplikasi, antara lain:
  • Pemilihan alternatif
  • Alokasi sumber daya
  • Keputusan evaluasi dan upah karyawan
  • Quality Function Deployment
  • Penentuan Harga
  • Perumusan Strategi Pemasaran
  • Evaluasi proses akuisisi dan merger
  • Dan sebagainya
Dengan menggunakan expert choice, maka tidak ada lagi metode coba-coba dalam proses pengambilan keputusan. Dengan didasari oleh Analitycal Hierarchy Process (AHP), penggunaan hirarki dalam expert choice bertujuan untuk mengorganisir perkiraan dan intuisi dalam suatu bentuk logis. Pendekatan secara hierarki ini memungkinkan pengambil keputusan untuk menganalisa seluruh pilihan untuk pengambilan keputusan yang efektif.

Metode Analisa Komponen SKBI. 2.3.26.1987 UDC:625.73

Metode Analisa Komponen SKBI.2.3.36.1987 UDT : 625.73 merupakan metode yang bersumber dari dari metode AASHTO’72 dan modifikasi sesuai dengan kondisi jalan di Indonesia dan merupakan penyempurnaan dari Buku Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya No.01/PD /B/1983. Dengan demikian rumus dasar metode ini diambil dari rumus – rumus dasar metode  AASHTO’72 revisi 1982. Adapun prosedur Perencanaan Tebal Perkerasan sebagai mana ditunjukkan di dalam gambar 2.2  

Gambar 2.2. Bagan alir Metode Bina Marga 1987
 Sumber : Dirjen Bina Marga

Metode Giroud - Han dari USA, Tahun 2004

Metode Giroud – Han ( USA)/2004, ini  merupakan metode yang bersumber dari The American Society of Civil Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering, edisi Agustus Tahun 2004.Yang dipublikasikan lagi  dengan judul Subgrade Improvement for Paved and Unpaved Surfaces Using Geogrids oleh Stephen Archer, PE edisi Oktober 2008. Didalam perencanaan konstruksi perkerasan jalan dengan metode ini merupakan pengembangan dari metode sebelumnya yaitu metode: Giroud dan Noiray (1981) dan Giroud et al. ( 1985)., dimana dalam metode ini dikembangkan tentang penggunaan geosynthetic, untuk perbaikan subgrade/ tanah dasar sebagai pondasi konstruksi jalan.

Metode ini dipergunakan untuk  Perumusan teori  Disain lapisan konstruksi  perkesaran jalan dengan  geosynthetic, ditemukan oleh , J.P. Giroud, Ph.D., dan Jie Han, Ph.D., yang diterbitkan The American Society of Civil Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical and Geoenvironmental Engineering, edisi Agustus Tahun 2004.
Rumus berikut digunakan  untuk memperkirakan ketebalan lapisan pondasi base course  yang diperlukan ( h) untuk serviceability guna mendukung tanah dasar akibat beban kendaraan. Di dalam penggunaan rumus ini, pihak perencana  dapat menghitung ketebalan lapisan base course dengan  ketebalan ( h):



Rumus : Giroud-Han(2004)
Sumber : The American Society of Civil Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical andGeoenvironmental Engineering, edisi Agustus Tahun 2004.
dimana :
‘h = Ketebalan lapisan base course (m)
 J = Stabilitas Modulus Geogrid ( m – N/degree)
N = Jumlah kendaraan sumbu terberat
P = Beban Kendaraan ( kN)
‘r = Luas bidang sentuh roda kendaraan (m)
CBRsg California bearing ratio (CBR) subgrade soil
CBRbc CBR base course
= tebal minimum urugan base course (102mm)
fs factor equal 75 mm
fc factor equal  30 kPa
Nc bearing capacity factor, dimana
Nc = 3.14 dan = 0 untuk unreinforced base course; Nc = 5.14 
= 0 untuk geotextile-reinforced base course; Nc = 5.71
=0.32 m-N/degree untuk Tensar BX1100-reinforced base course;
Nc = 5.71
0.65 m-N/degree untuk Tensar BX1200- reinforced base course.

Metode ZTVE StB dari Jerman , Tahun 1994

Metode ZTVE StB( Jerman)/1994, ini  merupakan metode yang bersumber dari  terjemahan Artikel langsung dari paper  yang diterbitkan dengan judul  ‘Dimensionierung von Oberbauten von Verkehrsflächen unter Einsatz von multifunktionalen Geogrids zur Stabilisierung des Untergrundes’yang  diperkenalkan di konferensi on geosynthetics ‘Kunststoffe in der Geotechnik’, di Technical University Munich, March 1999. Dimuat lagi dalam Jurnal Teknologi dengan judul Design methods for roads reinforced with multifunctional geogrid composites for subbase stabilization oleh N. Meyer, Fachhochschule Frankfurt am Main, Germany, dan J.M. Elias, Colbond Geosynthetics, Arnhem, the Netherlands,  dimana dalam metode ini dikembangkan tentang penggunaan geosynthetic, untuk perbaikan subgrade/tanah dasar sebagai pondasi konstruksi jalan, sekaligus perhitungan angka keamanan (safety factor), terhadap hasil perencanaan perhitungan tebal perkerasan konstruksi jalan.  Untuk mendisain konstruksi lapisan permukaan jalan  di Jerman menggunakan   metode/program standar RSTO 86/89. Desain jalan pada umumnya menggunakan konstruksi beberapa lapisan dengan ketebalan berbeda, total ketebalan lapisan konstruksi jalan dihitung keseluruhan  dalam metode ini, tetapi lapisan permukaan tidak mempunyai pengaruh terhadap bearing kapasitas, dan hanya  berfungsi untuk menyebar beban. (mekanismenya dapat dilihat digambar 2.12). 

Gambar 2.3. Situasi Gaya dan Tekanan Pada Lapisan Konstruksi Perkerasan Jalan
Sumber : The American Society of Civil Engineers (ASCE) Journal of Geotechnical and GeoenvironmentalEngineering(2004)

Lapisan bagian atas menyangkut total struktur jalan elastis, yang dianggap sebagai isotropis dan berfungsi menyebarkan beban roda. Tidak punya pengaruh terhadap bearing kapasitas (daya dukung). Konstruksi lapisan permukaan dihitung menggunakan aspal. Dalam hal ini beban disebarkan ke semua  arah sudut, sebagai lapisan atas (top layer) dan memiliki density tinggi. Untuk mengecek apakah struktur sudah kuat/stabil secara keseluruhan sesuai  umur rencana jalan, bearing capacity(kapasitas daya dukung) maksimum urugan lapisan badan jalan dan daya dukung tanah dasar (sub soil harus dihitung dan harus dibandingkan dengan kondisi tekanan( stresses) kenyataan.

Faktor keamanan (FS) untuk mengecek kesetabilan  adalah:



dimana :
Pf           =        Tekanan pada lapisan urugan (base course)
Py          =        Daya dukung lapisan urugan(base course)
Pe,s        =        Total tekanan pada lapisan  tanah dasar
Pu          =        Daya dukung tanah dasar

Sumber: